Fst.umsida.ac.id – Prestasi membanggakan diraih oleh Tim Pojok Statistik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) yang berhasil masuk Top 10 Kompetisi Inovasi Sidoarjo (KISI) 2025 melalui inovasi bertajuk NELTI (Nurturing Education, Literacy, and Data-Based Inquiry).
Inovasi ini dikembangkan melalui kolaborasi strategis antara Pojok Statistik Umsida dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sidoarjo untuk meningkatkan literasi statistik di lingkungan kampus dan masyarakat.
Ajang KISI Sidoarjo merupakan kompetisi tingkat kabupaten yang menyeleksi ratusan inovasi dari berbagai sektor teknologi, pendidikan, dan layanan publik.
Masuknya NELTI sebagai Top 10 menunjukkan kualitas inovasi yang dinilai unggul, berdampak langsung, serta sejalan dengan kebutuhan penguatan literasi data di era digital.
Gagasan Hadir dari Realita Lapangan: Mahasiswa Butuh Pendampingan Riset

Ketua Pojok Statistik Umsida, Syahfrizka Dyah Nazwa Umbara, menceritakan bahwa ide awal NELTI lahir dari pengalaman pribadi saat kesulitan mendapatkan teman diskusi untuk menyelesaikan tugas akhir.
Padahal, Umsida telah memiliki Pojok Statistik hasil kerja sama dengan BPS, namun pemanfaatannya belum optimal.
“Inovasi ini berawal dari kebutuhan meningkatkan literasi statistik di kampus. Saya dulu kesulitan mencari teman diskusi untuk menyelesaikan tugas akhir. Ketika melihat BPS membuka Pojok Statistik untuk literasi data, saya terpikir untuk membuat wadah pendampingan yang lebih terstruktur agar bisa membantu mahasiswa lain,” ungkap Nazwa.
Dari kebutuhan itu, tim mulai mengembangkan NELTI sebagai layanan konsultasi riset dan statistik gratis, yang membantu mahasiswa memahami metodologi, analisis, dan penggunaan software statistik secara legal dan terstandarisasi.
Kolaborasi Pojok Statistik Umsida dan BPS dalam Membangun Inovasi
Keberhasilan NELTI tidak lepas dari kolaborasi solid tim Pojok Statistik Umsida bersama BPS Sidoarjo. Di bawah koordinasi Syahfrizka Dyah Nazwa Umbara sebagai ketua Pojok Statistik, tim ini membangun inovasi dengan peran yang saling melengkapi.
Nazwa menjadi pencetus ide awal dan penggerak lahirnya konsep NELTI. Pengalamannya mencari pendamping riset ketika mengerjakan tugas akhir menjadi titik awal terbentuknya gagasan ini.
Ia melihat bahwa Pojok Statistik yang telah disediakan BPS sebenarnya memiliki potensi besar untuk membantu mahasiswa, namun belum dimanfaatkan secara optimal.
Dalam pengembangan inovasi, Nazwa tidak bekerja sendirian. Rieko Dita berperan penting dalam penyusunan dokumen-dokumen pendukung, mulai dari struktur layanan, SOP pendampingan riset, hingga kelengkapan administratif untuk kebutuhan kompetisi dan perlindungan karya. Ia memastikan inovasi ini memiliki standar kerja yang jelas, rapi, dan bisa direplikasi.
Sementara itu, Royhan Faradis memberikan sentuhan visual yang memperkuat penyampaian ide. Melalui ilustrasi, desain, dan video presentasi yang ia kerjakan, konsep NELTI dapat dipahami lebih mudah oleh juri maupun audiens. Karya visual tersebut juga menjadi salah satu elemen yang membuat proposal NELTI tampil lebih menarik dan informatif.
Kolaborasi ketiganya membuat NELTI berkembang menjadi model pendampingan riset yang tidak hanya terstruktur, tetapi juga ramah bagi mahasiswa yang membutuhkan bantuan dalam analisis data.
Mengapa Juri Tertarik? Dampak Nyata dan Berbasis Data
NELTI menawarkan model co-learning yang inklusif, memadukan konsultasi langsung, dokumentasi terstruktur, analisis data berbasis software legal, serta pendampingan personal yang mudah diakses mahasiswa.
Target layanan meliputi mahasiswa, dosen, hingga masyarakat umum yang membutuhkan analisis data untuk penelitian dan pengambilan keputusan.
“Juri tertarik karena inovasi kami punya dampak nyata, berbasis data, dan menawarkan model pendampingan riset yang mudah direplikasi,” jelas Royhan.
Hasilnya terlihat dari meningkatnya kemampuan analisis mahasiswa dan semakin banyaknya penelitian yang berhasil diselesaikan melalui bantuan layanan pendampingan.
Tantangan dan Dukungan Kolaboratif

Tim mengakui bahwa tantangan terbesar adalah menjaga konsistensi layanan pendampingan di tengah keterbatasan mentor yang sebagian besar relawan. Namun dukungan dari BPS Sidoarjo, Pojok Statistik Umsida, serta para mentor menjadi faktor penting keberhasilan inovasi ini.
Evaluasi rutin juga terus dilakukan agar layanan berjalan efektif dan mampu merespons perubahan kebutuhan pengguna.
Ketua Pojok Statistik Umsida Syahfrizka Dyah Nazwa Umbara menjelaskan bahwa inovasi NELTI tidak hanya dirancang untuk menjawab kebutuhan mahasiswa saat ini, tetapi juga memiliki visi pengembangan jangka panjang.
Ia menegaskan bahwa layanan pendampingan riset ini harus bisa menjangkau lebih banyak institusi karena kebutuhan literasi statistik tidak hanya terjadi di Umsida.
“Ke depan, kami ingin NELTI tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa Umsida, tetapi juga bisa diakses oleh kampus lain. Kebutuhan pendampingan riset itu sangat besar dan belum semua perguruan tinggi punya layanan yang terstandarisasi. Karena itu, kami sedang menyiapkan model replikasi yang bisa diterapkan di berbagai institusi,” jelas Nazwa.
Penulis: Annifa Umma’yah Bassiroh


















