Celah Rantai Pasok Daging Sapi Ancam Keamanan Pangan dan Kehalalan

Fst.umsida.ac.id – Keamanan pangan dan sertifikasi halal menjadi dua faktor utama yang semakin diperhatikan masyarakat dalam mengonsumsi produk hewani, khususnya daging sapi.

Namun di balik meningkatnya kesadaran konsumen, realitas di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak celah dalam sistem rantai pasok daging yang bisa mengancam kedua aspek tersebut.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) mengungkap bahwa lemahnya pengawasan dalam sistem rantai pasok daging sapi membuka peluang besar terhadap produk yang tidak aman bahkan tidak halal beredar di pasaran.

Permasalahan ini tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan masyarakat, tetapi juga menimbulkan keresahan terkait kehalalan produk yang dikonsumsi umat Muslim.

Tim peneliti yang terlibat dalam penelitian ini antara lain Prof Dr Hana Catur Wahyuni ST MT, Dr M Alfan Rosid S Kom, MKom, dan Rima Azzahra, STP MP.

Rantai Pasok Daging dan Risiko Keamanan Pangan

Rantai pasok daging sapi melibatkan banyak tahapan mulai dari pemotongan hewan, pengemasan, distribusi, hingga penjualan kepada konsumen. Setiap tahapan tersebut berisiko apabila tidak diawasi secara ketat. Misalnya, kurangnya pengawasan terhadap cara penyembelihan yang sesuai syariat Islam, alat transportasi yang tidak higienis, hingga tidak adanya pencantuman sertifikat halal pada produk daging yang dijual.

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA), ditemukan bahwa ada lebih dari 30 potensi risiko yang mengancam keamanan dan kehalalan daging sapi. Risiko tertinggi adalah tidak adanya sertifikat halal yang terlampir pada produk daging. Hal ini menjadi perhatian serius karena tanpa dokumen tersebut, konsumen tidak memiliki jaminan kehalalan atas daging yang mereka konsumsi.

Selain itu, hasil riset juga mengelompokkan risiko-risiko tersebut ke dalam empat kategori yaitu risiko ekstrem, tinggi, sedang, dan dapat diterima. Empat risiko diklasifikasikan sebagai ekstrem, sebelas sebagai tinggi, empat sebagai sedang, dan sebelas lainnya termasuk dalam kategori risiko yang masih dapat diterima.

Sertifikasi Halal: Masih Diabaikan?

Di tengah meningkatnya perhatian publik terhadap label halal, ironisnya masih banyak pelaku usaha yang mengabaikan pentingnya sertifikasi tersebut.

Beberapa di antaranya bahkan menganggap bahwa daging sapi yang berasal dari wilayah mayoritas Muslim secara otomatis dianggap halal.

Padahal, proses sertifikasi halal bukan hanya tentang identitas agama pelaku usaha, melainkan mencakup keseluruhan proses produksi dan distribusi yang sesuai dengan standar syariah.

“Sertifikasi halal adalah bentuk tanggung jawab kepada konsumen. Tanpa adanya bukti yang jelas, kita tidak bisa menjamin daging itu disembelih dan ditangani sesuai syariat,” ujar salah satu peneliti yang terlibat dalam studi tersebut.

Lebih lanjut, proses pengawasan terhadap kehalalan tidak boleh berhenti hanya pada rumah potong hewan (RPH). Penanganan pasca-potong seperti penyimpanan, pengangkutan, hingga penyajian juga harus diperhatikan. Kontaminasi silang dengan produk tidak halal bisa saja terjadi jika sistem pengawasan dan edukasi tidak berjalan optimal.

Urgensi Penegakan Standar dan Transparansi

Untuk menjawab persoalan ini, diperlukan kolaborasi antara berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga sertifikasi halal, akademisi, pelaku industri, hingga masyarakat. Pemerintah diharapkan bisa memperkuat regulasi dan mekanisme pengawasan terhadap rantai pasok pangan, khususnya produk hewani. Sementara itu, masyarakat juga perlu diberikan edukasi agar lebih kritis dan aktif dalam memastikan produk yang dikonsumsinya telah memenuhi standar keamanan dan kehalalan.

Peneliti menyebutkan bahwa sistem rantai pasok daging sapi idealnya harus mengadopsi teknologi yang mendukung transparansi dan ketelusuran produk. Salah satu solusi yang diusulkan adalah penggunaan teknologi blockchain dalam mencatat setiap proses distribusi dan penanganan daging secara real-time. Dengan teknologi ini, konsumen dapat dengan mudah menelusuri asal-usul produk dan memastikan bahwa daging yang mereka beli telah memenuhi standar keamanan dan halal.

Meningkatkan Kepercayaan Konsumen

Keamanan pangan dan jaminan halal bukan sekadar isu teknis, melainkan juga persoalan kepercayaan publik. Ketika konsumen merasa yakin bahwa produk yang mereka konsumsi aman dan sesuai dengan ajaran agama, maka loyalitas dan kepercayaan terhadap produsen akan meningkat.

“Rantai pasok yang aman dan halal adalah bentuk perlindungan terhadap hak konsumen. Ini juga merupakan bagian dari tanggung jawab moral dan spiritual pelaku usaha,” ungkap tim peneliti.

Dengan semakin kompleksnya sistem distribusi pangan saat ini, sudah saatnya pengawasan terhadap keamanan dan kehalalan produk daging sapi diperkuat.

Riset semacam ini menjadi pengingat bahwa kemajuan teknologi dan pertumbuhan industri pangan harus diiringi dengan peningkatan standar etika, kesehatan, dan religiusitas.

Penulis: Annifa Umma’yah Bassiroh

Bertita Terkini

Teknologi Pangan Jadi Peluang Strategis Gen-Z Hadapi Tantangan Pangan Masa Depan
December 16, 2025By
Tesla Valve Karya Laboran Umsida Tampil di KILab 2025, Perpaduan Inovasi Teknik Sipil dan Teknologi Pangan
December 11, 2025By
Inovasi Mesin Uji Getaran Umsida Masuk Diseminasi Nasional KILab 2025
December 10, 2025By
DAD XXX IMM Teknik Al-Farabi Bentuk Kader Kritis dan Berintegritas Lewat Pembinaan Tiga Hari
December 7, 2025By
Opening Ceremony Darul Arqom Dasar XXX IMM Komisariat Al-Farabi Resmi Dimulai
December 6, 2025By
MASTAKOM IMM AL-Farabi Umsida 2025 “Menemukan ‘Why’ dalam wadah perjuangan”
December 1, 2025By
SDGs Center Umsida Dorong Hilirisasi Riset untuk Pembangunan Berkelanjutan Jawa Timur
November 24, 2025By
Menguatkan Literasi Digital Akademik, FST Umsida Hadirkan Pelatihan Writing for Scopus Indexed Journals
November 15, 2025By

Prestasi

Pojok Statistik Umsida Berkolaborasi dengan BPS Sidoarjo, Tim NELTI Sukses Masuk Top 10 KISI 2025
December 3, 2025By
Tim MADE Umsida Masuk Top 10 KISI 2025 Berkat Inovasi PLUTO untuk Pertanian Berkelanjutan
November 28, 2025By
PLUTO, Karya Inovatif Tim MADE Umsida yang Berhasil Raih Juara 2 LKTTG Kabupaten Sidoarjo
November 27, 2025By
Prestasi Zainul Abidin Melesat di Tingkat Internasional Melalui Shell Eco Marathon
November 25, 2025By
Fokus Belajar dan Konsistensi, Anjani Raih Predikat Wisudawan Terbaik FST Umsida
November 21, 2025By
Wisudawan Terbaik FST Umsida Tri Ayu Widiana Raih IPK Hampir Sempurna
November 17, 2025By
Tim IMEI Umsida Kembali Menorehkan Prestasi, Raih Juara 2 di KMHE 2025 UNEJ!
October 28, 2025By
Mahasiswa Teknik Mesin Umsida Ciptakan Solusi Sampah Plastik dan Menjadi Juara Nasional
October 10, 2025By