Fst.umsida.ac.id – Kebutuhan akan teknik pertanian yang ramah lingkungan dan berbiaya rendah terus menjadi perhatian utama dalam pengembangan teknologi pertanian berkelanjutan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pemanfaatan bahan alami sebagai pengganti zat pengatur tumbuh sintetis dalam proses perbenihan.
Dalam konteks ini, penelitian yang dilakukan oleh Nayla Tania Rohma, mahasiswa Program Studi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), bersama dosen pembimbingnya A. Miftakhurrohmat, meneliti efektivitas air kelapa sebagai medium perendaman untuk meningkatkan proses perkecambahan benih kedelai hitam (Glycine max L. Merril).
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dan dilaksanakan di lahan pertanian Desa Wunut, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, pada bulan April hingga Mei 2021.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi antara konsentrasi dan durasi perendaman air kelapa terhadap parameter pertumbuhan awal tanaman kedelai hitam varietas Malika.
Konsentrasi Air Kelapa Mempengaruhi Daya Kecambah dan Tinggi Tanaman
Salah satu temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa konsentrasi air kelapa memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kecepatan dan daya kecambah benih kedelai hitam. Empat konsentrasi yang diuji adalah 0%, 25%, 50%, dan 75%, masing-masing dikombinasikan dengan tiga lama perendaman yaitu 6 jam, 12 jam, dan 18 jam.
Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa 50% justru menghasilkan kecepatan tumbuh terendah dibandingkan konsentrasi 0% dan 25%. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun air kelapa mengandung hormon pertumbuhan seperti sitokinin dan auxin, jika diberikan dalam konsentrasi terlalu tinggi justru dapat menekan proses perkecambahan.
Pada variabel tinggi tanaman, terdapat interaksi nyata antara konsentrasi dan durasi perendaman, khususnya pada pengamatan hari ke-14 dan ke-21 setelah tanam (HST). Kombinasi perendaman 18 jam tanpa air kelapa (L3P0) menghasilkan tanaman tertinggi pada 14 HST. Sedangkan pada 21 HST, kombinasi 25% air kelapa dan perendaman 18 jam (L3P1) menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang signifikan.
Jumlah Daun dan Luas Daun Dipengaruhi Perlakuan Kombinasi
Jumlah daun juga menjadi indikator penting dalam menilai vigor tanaman muda. Penelitian ini menunjukkan adanya interaksi antara konsentrasi dan lama perendaman terhadap jumlah daun, terutama pada hari ke-14 dan ke-28 HST. Kombinasi L1P1 (6 jam, 25%) dan L3P2 (18 jam, 50%) menghasilkan jumlah daun terbanyak dibandingkan perlakuan lainnya.
Sementara itu, untuk variabel luas daun, hasil tidak menunjukkan perbedaan nyata secara statistik. Namun, secara numerik, kombinasi L3P1 (18 jam, 25%) menghasilkan luas daun terbesar, yaitu 48,57 cm². Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan tersebut mendorong perkembangan daun yang lebih optimal meskipun tidak berbeda nyata secara statistik.
Kadar Klorofil dan Bobot Tanaman Tidak Terpengaruh Secara Signifikan
Variabel lain yang dianalisis dalam penelitian ini adalah kadar klorofil daun, bobot basah, dan bobot kering tanaman. Meskipun tidak ditemukan pengaruh interaksi yang signifikan, nilai tertinggi kadar klorofil tercatat pada perlakuan L1P1 (6 jam, 25%) sebesar 56,91 mg/l. Untuk berat basah dan berat kering, perlakuan terbaik berturut-turut diperoleh pada L2P1 (5,85 gram) dan L3P0 (3,63 gram).
Fakta ini menunjukkan bahwa perlakuan air kelapa dalam konsentrasi ringan hingga sedang, dengan durasi perendaman yang tepat, tetap memberikan hasil yang positif terhadap parameter fisiologis dan biomassa tanaman, meskipun tidak selalu signifikan secara statistik.
Efektivitas Perendaman Air Kelapa dalam Mendukung Pertumbuhan Awal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa air kelapa dapat digunakan sebagai media perendaman alami yang mendukung pertumbuhan awal benih kedelai hitam. Komposisi air kelapa yang kaya akan unsur hara dan hormon pertumbuhan alami mampu menstimulasi proses metabolisme dan aktivitas enzim pada benih.
Namun demikian, efektivitasnya sangat bergantung pada konsentrasi dan durasi perendaman. Pemberian air kelapa dalam konsentrasi terlalu tinggi justru dapat memperlambat perkecambahan karena meningkatkan tekanan osmotik larutan. Oleh karena itu, penggunaan air kelapa sebagai ZPT alami sebaiknya berada pada konsentrasi rendah hingga sedang, dengan lama perendaman maksimal 18 jam.
Implikasi Penelitian terhadap Teknologi Perbenihan Ramah Lingkungan
Penelitian ini berkontribusi penting dalam pengembangan teknologi perbenihan berbasis sumber daya lokal. Air kelapa, sebagai limbah pertanian yang banyak tersedia, terbukti dapat dimanfaatkan secara efektif dalam meningkatkan kualitas pertumbuhan awal tanaman. Penggunaan bahan alami seperti ini tidak hanya lebih ramah lingkungan, tetapi juga lebih ekonomis bagi petani skala kecil.
Temuan ini juga dapat dijadikan dasar bagi pengembangan inovasi budidaya kedelai berkelanjutan di Indonesia, mengingat kedelai merupakan komoditas penting dalam ketahanan pangan nasional. Dengan pendekatan teknologi hayati berbasis lokal, produksi pertanian dapat ditingkatkan tanpa membebani lingkungan.
Sumber: Jurnal “efektivitas air kelapa sebagai medium perendaman untuk meningkatkan proses perkecambahan benih kedelai hitam (Glycine max L. Merril).”
Penulis: Uba