5 Cara Meminimalisir Paparan Radioaktif pada Udang Menurut Pakar Umsida

Fst.umsida.ac.id – Isu kontaminasi radioaktif pada pangan laut, khususnya udang, menjadi sorotan publik menyusul laporan FDA Amerika Serikat terkait temuan Cs-137.

Dr Lukman Hudi STP MMT, pakar teknologi pangan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), menjelaskan bahwa Cs-137 bisa masuk ke jaringan organisme melalui paparan lingkungan.

Baca Juga:

“Sekali radionuklida seperti Cesium-137 sudah masuk ke jaringan organisme hidup (misalnya udang atau ikan), sulit sekali dihilangkan sepenuhnya,” ujar Dr Hudi.

Cara Meminimalisir Paparan Radioaktif pada Udang
udang terpapar radioaktif 3
Ilustrasi: Pexels

Namun, ia menjelaskan bahwa ada beberapa cara untuk meminimalkan kadar atau risiko paparan sebelum pangan tersebut dikonsumsi.

  1. Pencucian dan Perendaman

Proses ini menghilangkan kontaminasi eksternal seperti lumpur, sedimen, atau partikel radioaktif di permukaan udang.

Caranya, cuci udang dengan air mengalir beberapa kali.

Rendam dalam larutan garam ringan (NaCl 1–3%) atau asam asetat encer (cuka 0,5–1%) selama ±15–30 menit.

Teknik ini bisa mengurangi kontaminasi permukaan hingga 20–40%, namun tidak efektif untuk Cs-137 yang sudah terserap dalam jaringan otot udang.

  1. Pengolahan Termal (Rebus atau Kukus)

Cara ini bisa melarutkan sebagian Cs-137 dalam air perebusan karena sifatnya yang ionik.

Caranya, rebus udang dalam air bersih dan buang air rebusannya. Hindari menggunakan kaldu hasil rebusan untuk konsumsi.

Metode ini bisa menurunkan kandungan Cs-137 hingga 30–60%, tergantung ukuran udang dan lamanya perebusan.

“Semakin lama dan lebih panas perebusan, semakin banyak cesium berpindah ke air rebusan,” tutur Dr Hudi.

  1. Pengolahan Tambahan (Perendaman Kimia Alami)

Metode selanjutnya yakni dengan merendam udang dengan asam organik ringan seperti cuka, jus lemon, atau larutan asam sitrat dapat membantu melarutkan sebagian ion cesium dari jaringan permukaan.

caranya yaitu dengan mengkombinasikan perendaman, perebusan, dan pembuangan air rebusan yang menjadi metode paling efektif untuk rumah tangga.

  1. Pengolahan industri

Penghilangan lebih lanjut dilakukan dengan metode industri yang tidak praktis untuk konsumsi sehari-hari.

Di laboratorium atau industri pangan, penghilangan lebih lanjut bisa dilakukan dengan:

  • Ion-exchange treatment (penyerap cesium menggunakan resin zeolit atau Prussian Blue)
  • Pengeringan dan pengabuan terkontrol (untuk bahan non-konsumsi)
Lihat Juga :  Hadapi Regulasi Produk Wajib Sertifikasi Halal 2024, Halal Center Umsida Siap Dampingi

“Tapi metode ini tidak praktis untuk pangan konsumsi sehari-hari, hanya untuk pengujian atau dekontaminasi bahan mentah skala besar,” terang doktor lulusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya itu.

Dr Hudi tidak menyarankan agar konsumen udang mengolahnya dengan cara menggoreng, pendinginan atau pembekuan, dan pemberian bumbu atau fermentasi.

“Menggoreng hanya memindahkan air, cesium tetap tertinggal di jaringan. Kalau pendinginan tidak mengubah kadar radioaktif. Dan pemberian bumbu atau fermentasi tidak mengurai cesium,” jelasnya.

Teknologi untuk Deteksi Kontaminasi Radioaktif dalam Bahan Pangan
udang terpapar radioaktif 3
Ilustrasi: Pexels

Untuk mendeteksi kontaminasi radioaktif dalam pangan, Dr Hudi mengungkapkan bahwa gamma spectrometer (HPGe) adalah teknologi yang paling andal, karena dapat mengukur radiasi gamma yang dipancarkan oleh elemen seperti Cs-137.

“Untuk mengurangi kontaminasi, kombinasi ion-exchange dan pengolahan termal seperti perebusan terbukti efektif menurunkan kadar radioaktif hingga 30–60%,” katanya.

Selain itu, tambah Dr Hudi, riset terbaru yang mengarah pada penggunaan mikroba biosorben serta kemasan aktif berbasis mineral yang dapat menyerap kontaminan radioaktif secara alami.

Standar Pengaturan Internasional dan Nasional untuk Keamanan Radiasi Pangan

Lebih lanjut, Dr Hudi menjelaskan beberapa standar internasional dan nasional yang berhubungan dengan keamanan radiasi pangan.

Codex Alimentarius (FAO/WHO)

Codex Guideline Levels mengatur batas maksimum radionuklida (seperti Cs-137) pada pangan setelah insiden nuklir.

Batas aman dari aturan ini adalah 1 mSv/tahun untuk paparan publik, dengan batas lebih ketat (100 Bq/kg untuk Cs-137) pada susu bayi dan makanan anak.

IAEA & WHO

IAEA dan WHO mendukung pengawasan radionuklida dalam pangan dengan 1 mSv/tahun sebagai batas radiasi untuk populasi umum.

Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Regulasi

BAPETEN mengatur keselamatan radiasi di Indonesia melalui UU No. 10 Tahun 1997 dan Peraturan BAPETEN No. 16 Tahun 2012, dengan batas Cs-137 ≤ 1.000 Bq/kg untuk pangan umum.

Baca Juga: Udang Terpapar Radioaktif Cesium-137, Pakar Umsida jelaskan Dampaknya

BPOM & SNI 19-6937-2003 mengatur pengukuran radioaktivitas dalam pangan, dengan batas Cs-137 ≤ 1.000 Bq/kg untuk pangan umum dan 100 Bq/kg untuk produk bayi.

Sumber: Dr Lukman Hudi STP MMT

Penulis: Romadhona S.

Bertita Terkini

Umsida Resmi Buka S1 Sains Data, Siap Buka Peluang Data Analyst
October 12, 2025By
SMK Muhammadiyah 3 Ngoro Kunjungi FST Umsida untuk Bangun Sinergi Pendidikan Teknologi
October 7, 2025By
FST Umsida Hadirkan Pakar Energi Undiknas Bahas Smart Grid dan Teknologi Ketenagalistrikan Modern
October 5, 2025By
FST Umsida dan Undiknas Denpasar Perkuat Sinergi Riset dan Tridharma Perguruan Tinggi
October 4, 2025By
Arak-arakan Meriah Warnai Closing Ceremony Fortama FST Umsida 2025
September 30, 2025By
Fortama FST 2025 Hadirkan Konsep Baru, 584 Mahasiswa Baru Tunjukkan Kreativitas
September 28, 2025By
Sertijab Gubernur dan Wakil Gubernur Periode 2025/2026 FST Umsida Tandai Regenerasi Kepemimpinan
September 19, 2025By
Mahasiswa Mesin Lulus Kuliah 7 Semester, Lewat Skema HKI Desain Mesin Bakso
September 15, 2025By

Prestasi

Mahasiswa Teknik Mesin Umsida Ciptakan Solusi Sampah Plastik dan Menjadi Juara Nasional
October 10, 2025By
Pojok Statistik Umsida Raih Peringkat 1 Nasional Kategori Binaan BPS Kabupaten
October 8, 2025By
Dosen Teknik Industri Umsida Raih Gelar Doktor dari ITS, Siap Kontribusi dalam Pengembangan Riset dan Pendidikan
September 25, 2025By
Perjuangan Dini Oktabiyanti Mahasiswa Umsida Berbuah Juara di Kejuaraan Pencak Silat Nasional
September 7, 2025By
Nauval Akhiri Perjalanan Pencak Silat dengan Medali Emas di Kejuaraan Kanjuruhan Fighter 2025
September 2, 2025By
Husein Qiyamuddin Sabet Juara 2 Pencak Silat Malang Championship 5
August 10, 2025By
Aris Buktikan Mahasiswa Kupu-Kupu Bisa Jadi Wisudawan Terbaik
July 29, 2025By
Roby, Mahasiswa Agroteknologi Umsida, Raih Juara 2 Pomprov Jatim 2025 Cabang Jujitsu
June 9, 2025By