Wayang Sarip: Dokumenter Budaya Jawa Timur yang Menghidupkan Kembali Warisan Leluhur

Fst.umsida.ac.id – Melalui pendekatan observasional dan visual sinematik, film dokumenter “Wayang Sarip” tak hanya merekam, tetapi juga menghidupkan kembali denyut budaya Wayang Jekdong khas Jawa Timur yang nyaris tenggelam dari ingatan generasi muda.

Mengabadikan Tradisi Lewat Lensa Kamera

Ilustrasi: AI

Di tengah derasnya arus modernisasi dan gempuran budaya populer, tradisi Wayang Kulit Jekdong—salah satu bentuk seni pertunjukan khas Jawa Timur—perlahan mulai terpinggirkan. Namun, semangat pelestarian tak pernah padam. Adalah tim dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang mencoba mengangkat kembali kekayaan budaya ini ke permukaan lewat medium yang dekat dengan masyarakat: film dokumenter.

Film berjudul “Wayang Sarip” digarap dengan pendekatan dokumenter observasional, yakni menyajikan realitas apa adanya tanpa narasi yang mengintervensi. Pendekatan ini memungkinkan penonton menyaksikan langsung dinamika dunia wayang kulit tanpa filter, sehingga mendorong mereka untuk menyelami budaya tersebut secara mendalam dan reflektif.

Riset Lapangan: Dari Rumah Dalang hingga Panggung Pementasan

Proses produksi film dimulai dengan tahapan observasi langsung, wawancara, dokumentasi, hingga studi pustaka. Tim peneliti terjun ke lokasi di Desa Klurak, Kabupaten Sidoarjo, dan Desa Sekarjoho, Kabupaten Pasuruan, untuk melihat langsung proses pembuatan wayang kulit, latihan dalang, hingga pementasan Wayang Jekdong.

Wawancara mendalam dilakukan dengan dua tokoh kunci: Joko Susilo (penulis naskah dan Ketua Komunitas Wayang Sarip), dan Sigit (dalang serta pengrajin wayang kulit). Dari sinilah lahir cerita utama film: seorang pemuda yang memilih menjadi dalang dan berjuang melestarikan kesenian ini di tengah apatisme generasi muda.

Produksi dilakukan dengan cermat, mulai dari penulisan naskah, penyusunan storyboard, pengambilan gambar video, perekaman suara, hingga proses penyuntingan menggunakan perangkat lunak Adobe Premiere Pro. Hasilnya adalah dokumenter berdurasi penuh yang merekam denyut kehidupan pelaku budaya secara autentik.

Refleksi Budaya dalam Kemasan Visual

Ilustrasi: AI

Sebagai film dokumenter, Wayang Sarip bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi juga menciptakan pengalaman emosional. Gaya observasional memungkinkan penonton merasakan keintiman dalam setiap momen: dari suara khas karawitan Jawa Timuran hingga sorotan tajam pisau pada lembaran kulit wayang yang sedang dipahat.

Setiap adegan memiliki nilai dokumenter sekaligus estetika. Kekuatan visualnya dipadukan dengan audio yang jernih dan emosional, membangun narasi yang mengalir dan mudah dipahami semua kalangan. Dalam film ini, budaya tidak sekadar ditampilkan, tapi dihidupkan.

Keunikan lain dari dokumenter ini adalah pesan sosialnya: pentingnya menjaga identitas lokal di tengah arus global. Hal ini diperkuat dengan cerita para seniman yang tetap berkarya meski di tengah keterbatasan.

Film sebagai Medium Perlawanan Lupa

Wayang Sarip bukan hanya sebuah karya dokumenter, tetapi juga bentuk perlawanan terhadap pelupaan budaya. Dalam keterbatasan anggaran, waktu, dan tantangan teknis, film ini berhasil menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini—antara generasi tua pelaku budaya dengan generasi muda penonton digital.

Film ini juga menegaskan peran penting dokumenter dalam bidang akademik dan komunikasi budaya. Ia bukan sekadar alat perekam, tapi juga penggerak perubahan—mengajak penonton untuk menghargai, belajar, dan terlibat langsung dalam pelestarian budaya bangsa.

Sumber:  Aldi Afandi, M., & Maghfirah, N. (2024). Melestarikan Wayang Jekdong Jawa Timur Dokumenter Wayang Sarip.

Bertita Terkini

FST Umsida Kenalkan Dunia Kampus kepada Siswa SMKN 1 Beji
August 13, 2025By
Dosen Umsida Kenalkan SFMS di ITBAD Lamongan, Permudah Manajemen File
August 9, 2025By
Apakah Beras Oplosan Juga Disebabkan Karena Kualitas Beras di Indonesia Buruk?
August 3, 2025By
7 Kebiasaan Sederhana untuk Mengurangi Paparan Mikroplastik Menurut Ahli Umsida
August 2, 2025By
Menilik Serunya Selebrasi FST Umsida Lepas Wisudawan 2025
July 28, 2025By
Mengungkap Rahasia Sukses Moch. Siddiq Hamid, Wisudawan Terbaik FST Informatika
July 26, 2025By
E-NOVTECH EXPO 2025 Mahasiswa Elektro Umsida Buktikan Inovasi Berbasis Solusi Nyata
July 24, 2025By
Kaprodi Teknologi Pangan Umsida Paparkan Inovasi Kombucha Kulit Nanas dan Kukis Ubi Ganyong di Seminar Riset
July 16, 2025By

Prestasi

Husein Qiyamuddin Sabet Juara 2 Pencak Silat Malang Championship 5
August 10, 2025By
Aris Buktikan Mahasiswa Kupu-Kupu Bisa Jadi Wisudawan Terbaik
July 29, 2025By
Roby, Mahasiswa Agroteknologi Umsida, Raih Juara 2 Pomprov Jatim 2025 Cabang Jujitsu
June 9, 2025By
Perjuangan Dua Bulan Terbayar, Rifqi Juara Tiga Kyorugi Senior U-58
June 7, 2025By
Mahasiswa Teknik Mesin Umsida Raih Medali Perunggu Taekwondo di Pomprov III Jawa Timur 2025
June 5, 2025By
Dosen Teknik Industri Umsida Raih Gelar Doktor dari ITS, Siap Kontribusi dalam Pengembangan Riset dan Pendidikan
May 29, 2025By
Dr Lukman Hudi Raih Gelar Doktor, Berkontribusi dalam Pengembangan Agroindustri Berkelanjutan
April 30, 2025By
Dr Atikha Sidhi Cahyana Raih Gelar Doktor, Kontribusi Besar untuk Pengelolaan Food Waste di Perkotaan
April 24, 2025By