Fst.umsida.ac.id – Transisi gizi di negara berkembang, termasuk Indonesia, telah menciptakan tantangan unik berupa beban ganda masalah gizi. Gizi kurang dan gizi lebih menjadi ancaman bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, serta meningkatkan risiko penyakit pada usia muda maupun dewasa.
Tantangan Gizi di Desa Sidokepung
Fenomena ini juga ditemukan di Desa Sidokepung, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, di mana survei pendahuluan menemukan 7 balita dengan gizi kurang. Pola makan yang tidak seimbang, kurangnya konsumsi sayur dan ikan, serta dominasi makanan instan menjadi penyebab utama kondisi ini.
Masyarakat di desa ini memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah tersebut, terutama karena sebagian besar warga merupakan pembudidaya ikan lele. Namun, rendahnya kesadaran tentang manfaat ikan lele sebagai sumber protein berkualitas tinggi menjadi tantangan yang harus diatasi. Melalui program edukasi yang dilakukan oleh tim pengabdi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, potensi ini dioptimalkan untuk mendukung kesehatan masyarakat.
Baca juga: BPS Sidoarjo Perpanjang Kerja Sama dengan Umsida, Banyak Kegiatan Baru
Strategi Edukasi: Dari Ceramah Hingga Demonstrasi
Program edukasi ini melibatkan berbagai pendekatan terintegrasi. Ceramah menjadi metode awal untuk memberikan dasar pengetahuan tentang gizi seimbang. Dalam ceramah ini, peserta diajak untuk memahami pentingnya keanekaragaman pangan, konsumsi protein hewani seperti ikan lele, serta pola hidup sehat yang mencakup aktivitas fisik dan kebersihan. Materi ini disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan disertai media seperti leaflet untuk membantu peserta mengingat poin-poin penting.
Selain ceramah, kunjungan langsung ke rumah-rumah ibu balita dilakukan untuk memberikan saran yang lebih personal. Pendekatan ini memungkinkan tim pengabdi untuk memahami kebiasaan makan masyarakat secara langsung dan memberikan solusi praktis yang dapat segera diterapkan.
Demonstrasi menjadi puncak dari program edukasi ini. Tim pengabdi menunjukkan cara mengolah ikan lele menjadi berbagai jenis makanan yang menarik dan bergizi, seperti nugget lele, sup lele, dan lele goreng tepung. Dengan cara ini, ibu-ibu diberikan keterampilan untuk menciptakan menu sehat yang sesuai dengan selera anak-anak mereka. Demonstrasi ini juga memberikan pengetahuan tentang cara mengolah ikan agar tetap menjaga kandungan nutrisinya, seperti menghindari penggorengan yang terlalu lama.
Hasil yang Menginspirasi
Hasil dari program ini sangat menggembirakan. Pemahaman masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang meningkat dari 55% sebelum edukasi menjadi 92% setelahnya. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga anak balita juga mengalami peningkatan, dari 66% menjadi 89%. Selain itu, antusiasme peserta terlihat dari keaktifan mereka selama sesi tanya jawab dan demonstrasi.
Salah satu dampak signifikan adalah perubahan pola makan masyarakat. Banyak keluarga mulai mengurangi konsumsi makanan instan dan lebih sering menggunakan ikan lele sebagai sumber protein utama. Kader posyandu yang terlibat juga berkomitmen untuk terus memantau kesehatan dan pola makan masyarakat, memastikan program ini memberikan dampak jangka panjang.
Baca Juga: Rancang Bangun Sistem Monitoring Sampah Penuh Berbasis Internet of Things (IoT)
Tim pengabdi juga mencatat bahwa perubahan ini tidak hanya meningkatkan kesehatan anak-anak, tetapi juga berpotensi mendukung stabilitas ekonomi masyarakat desa. Dengan meningkatnya kesadaran tentang gizi, permintaan ikan lele di tingkat lokal pun meningkat. Hal ini memberikan peluang tambahan bagi pembudidaya lele untuk mengembangkan usaha mereka, menciptakan siklus yang saling menguntungkan antara kesehatan masyarakat dan perekonomian lokal.
Kesimpulan dan Harapan Ke Depan
Edukasi gizi seimbang di Desa Sidokepung membuktikan bahwa pendekatan yang melibatkan masyarakat secara langsung dapat memberikan hasil yang nyata dalam meningkatkan kesehatan. Selain memberikan pengetahuan, program ini juga berhasil membangun kesadaran kolektif akan pentingnya gizi untuk pertumbuhan anak.
Keberhasilan program ini menunjukkan pentingnya sinergi antara edukasi, keterlibatan masyarakat, dan optimalisasi sumber daya lokal seperti ikan lele. Dengan replikasi program ini di wilayah lain, tantangan gizi di Indonesia dapat diatasi secara bertahap, mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional.
Jurnal:
Penulis: Ifa