Fst.umsida.ac.id – Pojok Statistik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) adakan lomba Chartistic2025. Acara ini menghadirkan Hanifah Busainah, Statistisi Ahli Pertama BPS Sidoarjo, sebagai pemateri utama yang membawakan materi visualisasi data dengan pendekatan kreatif dan edukatif. Pada Selasa (02/07/2025).
Acara yang berlangsung secara interaktif ini ditujukan bagi generasi muda, khususnya pelajar dan mahasiswa, agar mampu memahami pentingnya data serta menyampaikan informasi secara visual dan menarik. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya BPS dalam mendekatkan data kepada masyarakat, serta menumbuhkan budaya literasi data yang menyenangkan dan mudah dicerna.
Semua Bisa Jadi Desainer
Mengangkat tema “Semua Bisa Desain”, Hanifah menekankan bahwa visualisasi data tidak harus dilakukan oleh desainer profesional. Semua orang bisa menjadi desainer, asal memahami prinsip-prinsip dasarnya, seperti pemilihan warna, penataan informasi, dan pemahaman konteks audiens.
“Kita semua adalah desainer bagi diri sendiri, lingkungan, dan tempat kerja kita. Siapa pun bisa membuat desain asal tahu poin-poin pentingnya,” jelasnya.
Hanifah menceritakan pengalamannya menjadi finalis dalam Asian Development Bank KI Cover Design Challenge dan meraih Juara 3 dalam Lomba Infografis BPS Provinsi Jawa Timur. Ia juga aktif mendesain konten media sosial dan infografis publikasi resmi BPS yang digunakan dalam berbagai program sosialisasi data nasional dan lokal.
Menurutnya, desain bukan sekadar estetika, tetapi juga alat komunikasi yang kuat. Ketika data divisualisasikan dengan baik, maka pesan yang terkandung di dalamnya dapat disampaikan secara cepat, akurat, dan berdampak.
Pentingnya Visualisasi dalam Era Data
Dalam pemaparannya, Hanifah menjelaskan bahwa visualisasi data adalah proses penyampaian informasi melalui gambar, grafik, atau ilustrasi yang dirancang agar lebih mudah dipahami dan dianalisis.
Ia menjelaskan bahwa otak manusia hanya membutuhkan 13 milidetik untuk mengenali gambar, dan presentasi yang dilengkapi visualisasi terbukti 43% lebih efektif dalam menyampaikan pesan.
“Sekarang yang paling berharga bukan lagi minyak atau emas, tapi data. Dengan data, kita bisa membangun daerah, memahami masalah sosial, dan mengambil kebijakan yang tepat,” ungkap Hanifah.
Melalui visualisasi, data yang kompleks seperti angka statistik penduduk, tren ekonomi, atau peta wilayah dapat diubah menjadi tampilan yang komunikatif dan menarik perhatian publik.
Enam Kerangka Bercerita dengan Data
Mengutip buku Storytelling with Data karya Cole Nussbaumer, Hanifah membagikan enam kerangka penting dalam menyampaikan data yang efektif:
-
Memahami konteks audiens dan tujuan informasi.
-
Memilih visual yang efektif sesuai jenis data.
-
Fokuskan perhatian pada data inti.
-
Mengurangi keberantakan, baik secara visual maupun informasi.
-
Berpikir layaknya seorang desainer.
-
Menyampaikan cerita dalam bentuk narasi visual.
Setiap poin dibahas secara mendalam dengan contoh-contoh infografis, termasuk karya infografis terkait ketenagakerjaan, industri, hingga pendidikan. Hanifah juga menekankan pentingnya struktur informasi seperti latar belakang, masalah, hingga solusi dalam satu alur naratif yang utuh.
Tips Desain: Font, Warna, dan Tools
Untuk mendukung praktik desain, Hanifah juga membagikan tools populer seperti Canva, Adobe Illustrator, serta situs pemilihan palet warna seperti Coolors dan Color Hunt. Ia menekankan pentingnya menjaga kebersihan visual desain agar informasi tidak tertutup oleh elemen yang tidak relevan.
“Gunakan maksimal tiga jenis font, pilih ikon yang konsisten, dan susun layout dengan logika visual dari kiri ke kanan atau atas ke bawah,” jelasnya.
Selain itu, peserta juga diajak mengenali perbedaan antara desain untuk media sosial, infografis cetak, maupun infografis interaktif. Hal ini penting untuk menyesuaikan gaya visual dengan media penyampaian dan karakteristik audiens.
Disambut Antusias, BPS Ajak Kunjungi Pojok Statistik
Kegiatan ini disambut antusias oleh peserta. Mereka mengaku banyak mendapatkan wawasan baru mengenai cara menyampaikan data secara kreatif. Banyak yang terinspirasi untuk mulai memvisualisasikan data dari tugas kuliah, hasil penelitian, hingga konten media sosial mereka sendiri.
Sebagai penutup, Hanifah mengajak peserta untuk datang langsung ke Pojok Statistik BPS Sidoarjo. Tempat ini terbuka bagi siapa pun yang ingin belajar lebih dalam tentang literasi data, visualisasi, dan penggunaan data resmi untuk berbagai keperluan akademik maupun publik.
“Kami terbuka untuk siapa pun yang ingin belajar visualisasi data. Silakan datang ke Pojok Statistik, bisa diskusi dan belajar privat,” tutupnya.
Bangun Budaya Literasi Data di Era Digital
Melalui kegiatan ini, BPS Sidoarjo berharap dapat membangun budaya literasi data di kalangan generasi muda. Tidak hanya sekadar membaca angka, tetapi mampu memahami, menganalisis, dan menyampaikan data secara efektif dan berdampak.
Dengan semangat kolaboratif, edukatif, dan inklusif, BPS ingin memastikan bahwa data dapat menjadi alat penggerak pembangunan yang terbuka untuk semua kalangan—terutama pelajar dan mahasiswa sebagai agen perubahan masa depan.
Penulis: Annifa Umma’yah Bassiroh