Fst.umsida.ac.id – Keamanan pangan dan jaminan halal menjadi dua aspek penting yang menjadi perhatian utama konsumen saat membeli produk daging sapi. Namun, dalam praktik distribusi dan pengolahan daging sapi, masih terdapat berbagai kendala yang menyebabkan produk tidak selalu memenuhi standar keamanan pangan dan kehalalan. Kondisi ini kerap muncul akibat lemahnya sistem pengawasan di sepanjang rantai pasok, yang berujung pada risiko produk menjadi tidak aman dan tidak halal untuk dikonsumsi.
Menyikapi permasalahan tersebut, tim peneliti dari Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) mengembangkan solusi berbasis teknologi blockchain sebagai sistem pengawasan yang dapat memperkuat keamanan pangan dan standar halal pada rantai pasok daging sapi.
Identifikasi Risiko Keamanan Pangan dan Halal dalam Rantai Pasok Daging Sapi
Dalam penelitian yang dilakukan, tim riset berfokus pada dua tujuan utama. Pertama, melakukan identifikasi secara sistematis terhadap faktor-faktor risiko yang dapat mengancam keamanan pangan dan kehalalan produk daging sapi di sepanjang rantai pasok. Kedua, mengembangkan desain teknologi blockchain yang dapat dimanfaatkan untuk mitigasi risiko-risiko tersebut sehingga pengawasan menjadi lebih efektif dan efisien.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk mengukur tingkat risiko dari berbagai potensi masalah yang terjadi, serta Fault Tree Analysis (FTA) yang membantu analisis penyebab dan dampak risiko secara mendalam dan sistematis. Melalui pendekatan ini, para peneliti berhasil mengidentifikasi sebanyak 30 risiko yang berpotensi terjadi dalam proses rantai pasok daging sapi.
Hasil temuan menunjukkan bahwa risiko tertinggi yang mengancam adalah ketidakhadiran sertifikat halal pada produk daging sapi. Hal ini menjadi perhatian serius mengingat sertifikat halal merupakan salah satu syarat utama agar produk bisa diterima oleh konsumen, khususnya di Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim. Selain itu, 30 risiko tersebut dikelompokkan berdasarkan prioritas penanganannya, dengan 4 risiko tergolong prioritas ekstrim, 11 risiko prioritas tinggi, 4 risiko sedang, dan 11 risiko lainnya masih dikategorikan risiko yang dapat diterima.
Pengelompokkan risiko ini sangat penting agar pihak terkait dapat memfokuskan sumber daya dan upaya pengawasan pada titik-titik kritis yang paling berpotensi mengganggu kualitas dan kehalalan produk.
Blockchain sebagai Teknologi Pengawas Transparan dan Aman
Untuk mengatasi tantangan tersebut, teknologi blockchain diusulkan sebagai solusi inovatif dalam memperkuat sistem pengawasan keamanan pangan dan kehalalan produk daging sapi. Blockchain, yang merupakan teknologi buku besar digital terdistribusi, menawarkan keunggulan dalam hal transparansi, keamanan data, dan kemampuan pelacakan transaksi secara real-time.
Dengan mengimplementasikan blockchain dalam rantai pasok, setiap data dan transaksi mulai dari peternak, pengolahan, distribusi hingga penjualan dapat tercatat secara otomatis dan tidak dapat diubah (immutable). Hal ini memungkinkan proses audit dan verifikasi menjadi lebih mudah dan terpercaya.
Blockchain juga berperan penting dalam memudahkan pengawasan sertifikat halal. Karena sertifikat dapat terintegrasi langsung ke dalam rantai data, maka pihak berwenang maupun konsumen bisa dengan mudah memeriksa keabsahan sertifikat tersebut kapan saja melalui sistem yang transparan. Dengan demikian, risiko produk tanpa sertifikat halal yang valid dapat diminimalisasi secara signifikan.
Selain itu, penggunaan blockchain membantu meningkatkan keakuratan catatan jejak produk (track record), yang sangat penting untuk mencegah risiko kontaminasi, keracunan makanan, dan pelanggaran standar keamanan pangan. Transparansi ini pun meningkatkan manajemen risiko secara keseluruhan di sepanjang rantai pasok.
Dampak dan Implikasi bagi Industri dan Konsumen
Adopsi teknologi blockchain dalam sistem pengawasan rantai pasok daging sapi membawa berbagai manfaat strategis baik bagi industri maupun konsumen. Bagi pelaku industri, sistem ini membantu memperkuat kontrol kualitas produk dan memastikan bahwa standar keamanan pangan dan kehalalan terpenuhi dengan ketat. Hal ini sekaligus meningkatkan efisiensi proses produksi dan distribusi karena data dapat diakses dan diverifikasi dengan cepat.
Bagi konsumen, peningkatan transparansi dan keamanan data dalam rantai pasok daging sapi meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap produk yang dibeli. Konsumen dapat merasa yakin bahwa produk yang mereka konsumsi aman dari segi kesehatan dan memenuhi syarat halal sesuai dengan keyakinan mereka.
Penelitian ini juga berimplikasi pada pencegahan risiko kesehatan masyarakat yang dapat timbul akibat konsumsi produk yang tidak aman atau tidak halal. Dengan pengawasan yang lebih ketat, potensi keracunan makanan dapat diminimalkan. Selain itu, kepatuhan terhadap standar halal yang lebih terjamin mendorong pertumbuhan pasar produk halal yang memiliki nilai ekonomi signifikan di Indonesia dan dunia.
Lebih jauh lagi, penggunaan blockchain sebagai teknologi pengawas ini diharapkan dapat menjadi model bagi pengembangan sistem pengawasan rantai pasok produk pangan lainnya yang juga membutuhkan standar keamanan tinggi dan kepatuhan syariah.
Penelitian dari Program Studi Teknik Industri Umsida ini memperlihatkan bahwa integrasi teknologi blockchain dalam pengawasan rantai pasok daging sapi memiliki potensi besar untuk mengatasi berbagai risiko keamanan pangan dan halal yang selama ini menjadi tantangan utama. Dengan kemampuan blockchain yang transparan, aman, dan mudah dilacak, pengawasan terhadap sertifikat halal dan keamanan produk dapat ditingkatkan secara signifikan.
Hal ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan konsumen, tetapi juga memperkuat posisi industri daging sapi Indonesia dalam menghadapi tantangan pasar nasional maupun global yang semakin ketat. Implementasi teknologi ini menjadi langkah strategis dalam mendukung pertumbuhan industri pangan yang sehat, halal, dan berkelanjutan.
Dengan adanya inovasi ini, diharapkan seluruh pemangku kepentingan mulai dari peternak, produsen, regulator, hingga konsumen dapat bekerja sama secara lebih efektif dalam menjaga kualitas dan kehalalan produk daging sapi demi kesehatan masyarakat dan kemajuan ekonomi bangsa.