Fst.umsida.ac.id – Tim MADE Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) berhasil mencatatkan prestasi membanggakan dengan masuk sebagai Top 10 (Nominasi 10 Besar) dalam Kompetisi Inovasi Sidoarjo (KISI) 2025.
Capaian ini diperoleh melalui inovasi teknologi tepat guna mereka yang diberi nama PLUTO (Pest Light Ultrasonic Trap Optimization), alat pengendalian hama padi berbasis energi surya yang dirancang untuk membantu petani dalam menekan kerusakan tanaman.
Tim MADE terdiri dari Nasiruddin Alburhan, Diyan Eko Yudi Siswanto, dan Nur Alamsyah dengan Dosen pembimbing Dr Prantasi Harmi Tjahjanti S Si MT.
Ketiganya bekerja bersama dengan berbasis riset, eksperimen, dan pengembangan perangkat lapangan untuk memastikan PLUTO layak diuji pada kompetisi tingkat kabupaten tersebut.
Bangga Masuk Top 10 di Tengah Banyaknya Peserta Profesional

Masuknya Tim MADE dalam nominasi Top 10 KISI 2025 menjadi kejutan sekaligus kebanggaan tersendiri. Pasalnya, mayoritas peserta kompetisi tahun ini berasal dari kalangan dosen, peneliti, akademisi, hingga praktisi profesional.
“Kita semua merasa sangat bangga dan bersyukur. Mengingat peserta banyak berasal dari kalangan profesional, bisa masuk Top 10 merupakan pencapaian besar bagi kami sebagai tim mahasiswa. Rasanya seperti mendapatkan validasi bahwa kerja keras dan proses pengembangan PLUTO benar-benar diapresiasi,” ungkap Tim MADE.
Bagi mereka, capaian ini menjadi bukti bahwa mahasiswa juga memiliki daya saing tinggi dalam menghadirkan solusi teknologi berbasis kebutuhan masyarakat.
Baca Juga: 7 Inovasi Umsida Sabet Penghargaan di Ajang KISI 2025
Motivasi Berangkat dari Masalah Nyata di Pertanian
Motivasi utama keikutsertaan mereka dalam KISI adalah keinginan untuk menghadirkan inovasi yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, khususnya petani.
“Kami ingin membuktikan bahwa mahasiswa mampu bersaing di level yang sama dengan para profesional. KISI menjadi tempat yang tepat untuk menguji kualitas karya, mendapatkan masukan, dan memperluas jaringan dengan para inovator dari berbagai bidang,” tutur Nasiruddin.
Dari latar tersebut, mereka mengembangkan PLUTO sebagai alat pengendalian hama yang mengintegrasikan feromon, cahaya biru, sistem rotary trap, dan gelombang ultrasonik dalam satu perangkat hemat energi.
Kerja Tim dan Pembagian Peran Jadi Kunci
Sebagai tim mahasiswa, MADE membuktikan bahwa kolaborasi yang solid menjadi fondasi keberhasilan mereka. Sejak awal persiapan KISI, ketiga anggota tim menjalankan peran masing-masing dengan sangat terstruktur.
Nasiruddin Alburhan berfokus pada riset mendalam dan desain mekanisme PLUTO sebagai inti dari inovasi tersebut. Sementara itu, Diyan Eko Yudi Siswanto menangani seluruh proses perakitan, elektronika, dan optimasi sistem agar alat dapat bekerja stabil dan hemat energi.
Di sisi lain, Nur Alamsyah menjalankan tugas dokumentasi, melakukan serangkaian uji lapangan, serta menyiapkan materi presentasi yang dibutuhkan saat penilaian.
Seluruh proses ini dilakukan melalui koordinasi rutin dan diskusi teknis yang intens, membuat persiapan mereka berjalan lebih efektif serta menguatkan kekompakan tim.
“Kami bekerja dengan koordinasi rutin, diskusi teknis tiap progres, dan pembagian peran sesuai keahlian. Kolaborasi ini membuat persiapan berjalan lebih efektif,” jelas burhan.
Tantangan Terbesar dan Perjuangan Masuk Top 10

Salah satu kendala yang cukup besar adalah memastikan seluruh komponen PLUTO berfungsi efektif dan konsisten.
Pengujian alat harus dilakukan dalam kondisi lapangan dengan waktu pengembangan yang cukup terbatas.
“Tantangan paling besar adalah menguji efektivitas PLUTO secara komprehensif. Semua sistem—feromon, light trap, rotary trap, dan ultrasonik harus berfungsi baik dan hemat energi. Presentasi di hadapan juri ahli juga menjadi tantangan tersendiri,” ujar mereka.
Namun, kerja keras dan konsistensi menjadikan Tim MADE salah satu inovator muda yang paling diperhitungkan tahun ini.
Baca Juga: PLUTO, Karya Inovatif Tim MADE Umsida yang Berhasil Raih Juara 2 LKTTG Kabupaten Sidoarjo
Pesan Tim MADE untuk Mahasiswa Umsida
Di akhir wawancara, Tim MADE memberikan pesan bagi mahasiswa UMSIDA lainnya agar lebih berani turut serta dalam kompetisi inovasi daerah.
“Jangan takut untuk mencoba. Kompetisi seperti KISI bukan hanya soal menang, tetapi tentang belajar, berkembang, dan menguji diri di luar zona nyaman. Mulailah dari masalah nyata di sekitar dan bangun solusi berbasis riset,” ujar mereka.
Mereka berharap semakin banyak mahasiswa Umsida hadir sebagai inovator muda yang memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat dan lingkungan.
Penulis: Annifa Ummayah Bassiroh

















