Fst.Umsida.ac.id – Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (FST Umsida) kembali mengadakan Guest Lecture yang menghadirkan Ir Hendri Hermawan ST MT Dosen Teknik Sipil, memaparkan pentingnya sistem pemantauan faktor manusia (Human Factor Monitoring System) untuk meningkatkan iklim keselamatan (safety climate) dalam proyek konstruksi. Pada Rabu (15/02/2025).
Faktor manusia merupakan elemen krusial yang sering menjadi penyebab utama kecelakaan kerja di sektor konstruksi. Hendri menjelaskan bahwa penerapan sistem pemantauan faktor manusia mampu mengidentifikasi berbagai risiko yang bersumber dari kondisi fisik, kognitif, hingga emosional para pekerja. “Pemantauan ini dilakukan secara real-time untuk mengamati tingkat kewaspadaan, tingkat kelelahan, serta efektivitas komunikasi antarpekerja,” jelas Hendri.
Baca Juga: Guest Lecturer: Prof Lee Sang Soek Bahas Inovasi Teknologi Sensor Air
Perbedaan Safety Culture dan Safety Climate
Dalam pemaparannya, Hendri juga menjelaskan perbedaan mendasar antara safety culture dan safety climate. Safety culture merupakan hasil dari nilai-nilai dan pola perilaku individu maupun kelompok yang mencerminkan pengelolaan kesehatan dan keselamatan di dalam organisasi. Nilai-nilai ini bersifat mendalam dan diwariskan secara turun-temurun dalam organisasi.
Sementara itu, safety climate lebih bersifat sementara dan mencerminkan suasana hati individu. Safety climate menggambarkan persepsi bersama anggota organisasi terhadap kebijakan, prosedur, dan praktik keselamatan di tempat kerja. “Persepsi ini dapat berubah seiring waktu dan dipengaruhi oleh kondisi psikologis pekerja,” tambah Hendri.
Masalah Keselamatan di Proyek Konstruksi
Hendri mengungkapkan bahwa proyek konstruksi kerap menghadapi berbagai masalah keselamatan yang berdampak pada keterlambatan proyek dan peningkatan biaya. Faktor seperti tindakan tidak aman (unsafe acts), penggunaan alat yang tidak sesuai, dan kelalaian dalam menggunakan alat pelindung diri (APD) menjadi penyebab umum terjadinya kecelakaan kerja.
Unsafe acts didefinisikan sebagai tindakan yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan. Contoh tindakan ini meliputi bekerja tanpa otorisasi yang sesuai, mengoperasikan mesin tanpa pelatihan yang memadai, serta mengabaikan prosedur keselamatan.
Peran Teknologi dalam Pemantauan Faktor Manusia
Perkembangan teknologi menjadi kunci dalam meningkatkan keselamatan kerja di sektor konstruksi. Hendri mencontohkan penggunaan perangkat seperti rompi biometrik, GPS tracker, dan kacamata keselamatan yang dilengkapi sensor sebagai alat bantu pemantauan kondisi pekerja di lapangan. Peralatan ini mampu mendeteksi kelelahan, postur tubuh yang tidak ergonomis, hingga tanda-tanda stres atau gangguan psikologis.
Pemanfaatan teknologi ini menghasilkan data yang divisualisasikan dalam dashboard yang mudah dipahami. Dengan adanya sistem ini, pengawas proyek dapat mengidentifikasi area berisiko tinggi dan mengambil keputusan yang tepat untuk mencegah kecelakaan.
Faktor Fisik, Kognitif, dan Emosional
Hendri menjelaskan bahwa pemantauan faktor manusia mencakup tiga aspek utama, yaitu fisik, kognitif, dan emosional. Faktor fisik meliputi pengamatan terhadap postur kerja, tanda-tanda kelelahan, serta ergonomi peralatan kerja. Faktor kognitif mencakup pengamatan terhadap pengambilan keputusan, beban kerja mental, serta tingkat kewaspadaan pekerja. Sementara itu, faktor emosional mencakup pemantauan kondisi psikologis pekerja, seperti tingkat stres dan potensi konflik interpersonal.
Aplikasi Sistem Pemantauan di Lapangan Dalam praktiknya, sistem pemantauan faktor manusia ini diwujudkan melalui aplikasi seperti SIFA dan MonEv. SIFA merupakan aplikasi yang memantau faktor fisiologis, psikologis, dan perilaku pekerja secara real-time. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan ditampilkan melalui dashboard visual untuk membantu manajemen proyek mengidentifikasi potensi risiko keselamatan.
MonEv berperan sebagai alat evaluasi formatif yang digunakan selama proses kerja berlangsung. Sistem ini menggabungkan berbagai variabel, seperti beban kerja, tekanan psikologis, serta ekspektasi pekerja, untuk memberikan gambaran akurat mengenai kondisi keselamatan kerja di lapangan.
Tantangan dan Etika Pemantauan Real-Time
Meski pemantauan real-time membawa dampak positif bagi peningkatan keselamatan kerja, Hendri mengingatkan adanya tantangan terkait privasi pekerja. Pemasangan perangkat pemantauan, seperti rompi biometrik dan GPS tracker, kerap dianggap invasif dan berpotensi disalahgunakan. Oleh karena itu, perusahaan harus memastikan penggunaan teknologi ini tetap memperhatikan hak-hak pekerja dan dilakukan secara transparan.
Baca JUga: Optimasi Kinerja Mekanis Komposit Berbasis Serat Sansevieria Melalui Perlakuan Alkali
Dampak Positif pada Iklim Keselamatan
Penerapan sistem pemantauan faktor manusia terbukti mampu meningkatkan iklim keselamatan dalam proyek konstruksi. Pekerja merasa lebih diperhatikan karena kesehatan dan keselamatan mereka menjadi prioritas perusahaan. Selain itu, pengumpulan data yang akurat memungkinkan perusahaan mengambil tindakan pencegahan yang lebih efektif.
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya faktor manusia dalam keselamatan kerja, diharapkan sistem pemantauan ini dapat menjadi standar baru dalam industri konstruksi di Indonesia. Integrasi antara teknologi dan budaya keselamatan yang kuat menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif.
Penulis: Uba